Dan saat ini pengukuran suhu menjadi salah standar pemeriksaan fisik paling penting dalam dunia kesehatan. Suhu dikelompokkan dalam satu kelompok pemeriksaan yang disebut Pemeriksaan Vital. Kelompok pemeriksaan vital ini biasanya disingkat menjadi TNPS singkatan dari Tensi, Nadi, Pernapasan dan Suhu.
Ukuran
Suhu pasien biasanya diukur dengan menggunakan termometer air raksa. Dan tempat pemeriksaannya adalah di aksila (ketiak), rektum (dubur), atau oral (mulut). Biasanya ada perbedaan pengukuran suhu antara aksila, oral maupun rektum. Dalam keadaan normal biasanya perbedaan sekitar 0,5 derajat celcius; suhu rektal lebih tinggi dibanding suhu oral.
Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-37,2 derajat celcius. Suhu subnormal di bawah 36,2 derajat celcius. Bila suhu di atas 37,2 derajat celcius maka itu disebut demam.
Hiperpireksia adalah suatu keadaan kenaikan suhu tubuh sampai setinggi 41,2 derajat celcius atau lebih, sedangkan hipotermia adalah keadaan suhu tubuh di bawah 35 derajat celcius.
Patofisiologi
Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme seperti bakteri, parasit dll atau karena sebab inflamasi lain yang tidak disebabkan oleh infeksi seperti pada keganasan.
Dewasa ini diduga bahwa pirogen endogen adalah Interleukin-1 (IL-1). Dalam hipotalamus, zat ini merangsang pelepasan asam arakidonat (AA) serta mengakibatkan sintesis prostaglandin E2 yang langsung menyebabkan pireksia (demam).
Sensasi panas pada seseorang yang demam semakin terakumulasi akibat proses metabolisme yang ikut menyumbang panas akibat kerjanya yang semakin bertambah sebagai efek demam.
Tipe-Tipe Demam
Beberapa tipe demam yang dapat kita temui antara lain:
1. Demam septik; Suhu berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertia keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam tinggi lalu turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam Remiten; Suhu badan turun setiap hari tapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
3. Demam Intermiten; Suhu badan turun ke tingkat normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali disebut tertiana dan bila terjadi dua hari bebas demam di antara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam Kontinyu; Suhu tubuh saat demam tidak memiliki variasi signifikan (tidak sampai satu derajat). Bila demam yang terus menerus tinggi maka disebut hiperpireksia.
Suatu tipe demam biasanya dihubungkan dengan tipe penyakit tertentu seperti demam intermiten erat kaitannya dengan malaria. Dalam praktek, 90 % kasus demam yang baru saja terjadi pada dasarnya merupakan suatu penyakit self-limitting seperti influenza dan beberapa penyakit kausa virus lainnya. Namun kita harus tetap waspada pada infeksi bakterial seperti Pneumonia, Abses atau TBC.
Selain akibat infeksi, demam juga dapat disebabkan oleh suatu toksemia, karena keganasan atau reaksi pemakaian obat. Selain itu gangguan pada pusat regulasi suhu dapat menyebabkan demam seperti pada heat stroke, perdarahan otak, koma atau gangguan sentral lainnya.
Demam Belum Terdiagnosis
Demam belum terdiagnosis adalah suatu keadaan di mana pasien mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dengan suhu badan di atas 38,3 derajat celcius dan tetap belum ditemukan penyebabnya walaupun telah diteliti secara intensif dengan menggunakan saran laboratorium dan penunjang medis lainnya.
Istilah yang digunakan untuk penyakit ini adalah: febris et causa ignota, fever of obscure origin, fever pf undiagnosed origin (FUO). Penyebab FUO, sesuai golongan penyakitnya antara lain: infeksi (40%), neoplasma (20%), penyakit kolagen (20), penyakit lainnya (10%) dan idiopatik (10%).
Sebelum dilakukan pemeriksaan yang mutahir, maka untuk mendiagnosis keadaan seperti itu kita harus melakukan uji darah, kultur bakteri dan biposi pada jaringan yang dicurigai mengalami gangguan.
Demam Dibuat-Buat
Kadang-kadang seorang pasien dengan sengaja berusaha dengan berbagai cara agar suhu tubuhnya saat diukur terlihat lebih tinggi dari suhu tubuh yang sebenarnya. Keadaan demam seperti ini disebut factitous fever.
Bila diketahui bahwa seorang pasien berpura-pura demam, maka saat melakukan pemeriksaan harus diadakan pengawasan yang ketat agar tidak terjadi manipulasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar